Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kenapa Boti Nongkrongnya Sama Perempuan? Ini Penjelasan Psikologisnya


Fenomena boti atau laki-laki yang menampilkan ekspresi feminin lebih dekat dengan perempuan bukan hal baru dalam dinamika sosial. 

Di lingkungan sekolah, kampus, bahkan dunia kerja, tak jarang kita melihat boti membentuk lingkaran pertemanan yang didominasi oleh perempuan. 

Apakah ini sekadar preferensi sosial biasa, atau ada penjelasan psikologis yang lebih dalam?

Berikut beberapa alasan utama boti cenderung lebih nyaman berteman dengan perempuan, dilengkapi penjelasan dari sudut teori psikologi:


1. Identifikasi Gender yang Sama Membantu Menetralkan Emosi, Termasuk Gejolak Seksual

Meskipun secara biologis boti adalah laki-laki, dalam hal identitas gender atau ekspresi gender, mereka merasa lebih selaras dengan perempuan. 

Hal ini dijelaskan melalui teori identitas sosial (Social Identity Theory) yang dikembangkan oleh Henri Tajfel. Teori ini menyebutkan bahwa seseorang akan merasa nyaman saat berada dalam kelompok yang merepresentasikan identitas dirinya.

Bagi boti, perempuan adalah "in-group" karena memiliki kesamaan dalam ekspresi emosional, ketertarikan pada estetika, cara berkomunikasi, dan cara menyikapi dunia sosial. 

Kedekatan ini juga memberi ruang aman (safe space) yang bebas dari dinamika seksual, sebab boti umumnya tidak memiliki ketertarikan seksual pada perempuan—baik karena orientasi seksual yang berbeda maupun karena identifikasi gender yang berbeda dari norma laki-laki konvensional.

Selain itu, dari sudut teori psikoanalisis Freud, mekanisme ini bisa dikaitkan dengan sublimasi, yakni menyalurkan dorongan-dorongan emosional (termasuk seksual) ke dalam bentuk hubungan sosial yang tidak mengandung tekanan atau ancaman.


2. Topik Obrolan Lebih Relate dan Personal

Salah satu kebutuhan dasar dalam hubungan pertemanan adalah relatability, yakni merasa dipahami dan didengarkan. 

Menurut Teori Kebutuhan Relasional (Relational Needs Theory), individu menjalin hubungan dengan orang-orang yang dapat memenuhi kebutuhan komunikasi dan emosional mereka.

Dalam hal ini, perempuan lebih sering membicarakan topik-topik yang bersifat personal, emosional, estetis, dan interpersonal — sesuatu yang juga lebih dekat dengan gaya komunikasi boti. 

Perempuan cenderung terbuka pada diskusi soal penampilan, perasaan, relasi, hingga pop culture dengan pendekatan emosional. Ini sangat berbeda dengan obrolan laki-laki heteronormatif yang cenderung kaku, logis, dan kompetitif.


3. Perempuan Lebih Menerima Ekspresi Gender Nonkonformis

Secara sosiologis dan psikologis, perempuan terbukti lebih mudah menerima bentuk ekspresi gender yang menyimpang dari norma sosial maskulinitas. 

Hal ini sesuai dengan teori penerimaan sosial (Social Acceptance Theory). Banyak penelitian menunjukkan bahwa laki-laki cenderung menunjukkan reaksi negatif terhadap ekspresi gender feminin pada sesama laki-laki karena adanya tekanan norma maskulinitas yang kuat (toxic masculinity).

Boti, yang ekspresi gendernya tidak sesuai dengan stereotip maskulin, seringkali merasa ditolak atau bahkan diintimidasi oleh kelompok laki-laki. 

Sebaliknya, perempuan tidak hanya lebih menerima, tapi juga lebih suportif terhadap keberagaman ekspresi gender. 

Bagi boti, lingkungan perempuan menjadi tempat yang mendukung untuk menjadi diri sendiri tanpa rasa takut akan stigma atau perundungan.


Pilihan boti untuk lebih dekat dengan perempuan bukan sekadar "kebetulan sosial", tapi merupakan hasil dari dinamika psikologis yang kompleks. 

Mulai dari identifikasi gender, kebutuhan emosional, hingga pencarian ruang aman dari stigma sosial. Dalam hubungan tersebut, boti menemukan penerimaan, komunikasi yang resonan, serta kesempatan untuk mengekspresikan diri secara utuh.

Dalam masyarakat yang masih menyimpan bias terhadap ekspresi gender nonkonformis, persahabatan ini menjadi bentuk resistensi yang alami—yakni memilih lingkungan yang mampu memeluk keberagaman manusia dengan cara yang hangat dan suportif.

Posting Komentar untuk "Kenapa Boti Nongkrongnya Sama Perempuan? Ini Penjelasan Psikologisnya"