Terpikat Bujang Desa Atletis
Debu beterbangan mengepul di belakang mobil bak terbuka yang kami tumpangi.
Lima jam perjalanan dari kota, melewati jalanan berbatu dan tanah merah yang belum tersentuh aspal, mengantarkanku ke desa pelosok tempat KKN akan berlangsung.
Medan yang naik turun menguji kesabaran, tapi pemandangan hijau perbukitan yang membentang di kejauhan sedikit mengobati lelah.
Di desa inilah aku bertemu dengannya. Namanya Ardi. Dia bukan mahasiswa seperti kami, melainkan seorang petugas hutan.
Usianya seumuran denganku, sekitar 22 tahun. Namun, garis hidup yang berbeda telah menorehkan karakter yang kuat pada dirinya.
Ardi tidak pernah mengenyam bangku sekolah. Sejak kecil, ia sudah akrab dengan hutan.
Badannya atletis, bukan hasil latihan di gym, melainkan karena tantangan hidup yang setiap hari ia hadapi.
Mendaki gunung, menelusuri hutan, dan menjaga kelestarian alam adalah rutinitasnya.
Fisiknya kuat dan kulitnya putih bersih. Mungkin karena udara pegunungan yang sejuk dan pola hidupnya yang sehat.
Ardi tidak pernah mengeluh kepanasan atau kelelahan. Ia selalu tampak segar dan bersemangat.
Aku sering melihatnya makan buah-buahan dan sayuran hasil kebunnya sendiri. Ia juga beternak ayam dan kambing untuk memenuhi kebutuhan proteinnya. Pola hidupnya sangat seimbang dan alami.
Ardi sangat baik dan ramah. Ia selalu siap membantu kami selama KKN. Ia mengajari kami cara beradaptasi dengan kehidupan desa, cara berinteraksi dengan warga, dan cara mengatasi berbagai masalah yang muncul.
Salah satu hal yang paling berkesan adalah ketika Ardi mengajariku cara naik motor kopling.
Awalnya aku kesulitan, tapi dengan sabar ia membimbingku hingga akhirnya aku bisa menguasainya.
Aku juga sering tidur di pos jaga hutan bersamanya. Di sana, kami bercerita tentang banyak hal. Tentang mimpi-mimpi kami, tentang harapan kami, dan tentang kehidupan kami.
Melihat Ardi membuka baju dan menampakkan badan atletisnya adalah hal biasa.
Ia tidak pernah merasa risih atau malu. Baginya, tubuh adalah anugerah yang harus dijaga dan dirawat.
Bahkan, saat mandi di sungai, Ardi hanya memakai celana dalam biru gelap slimfit.
"Air desa ini bikin awet muda dan lebih segar," katanya sambil tertawa.
Awalnya aku merasa canggung, tapi lama kelamaan aku terbiasa. Aku bahkan merasakan sendiri manfaat air desa itu. Kulitku terasa lebih halus dan segar.
Lama kelamaan, aku mulai berpikir, "Andai Ardi jadi pacarku..." Ah, bukan.
Maksudku, andai Ardi jadi kakakku. Tapi, kami seumuran.
Aku mulai merasa nyaman berada di dekat Ardi. Ia sangat perhatian padaku. Ia selalu menanyakan kabarku, membantuku mengerjakan tugas-tugas KKN, dan menemaniku saat aku merasa kesepian.
Suatu malam, saat kami sedang duduk di depan pos jaga hutan, Ardi tiba-tiba meraih tanganku.
Jantungku berdegup kencang. Aku menatap matanya, dan aku melihat ada sesuatu yang berbeda di sana.
"Aku nyaman berada di dekatmu," kata Ardi dengan suara pelan.
Aku tidak tahu harus berkata apa. Aku hanya bisa tersenyum dan membalas genggaman tangannya.
Malam itu, di bawah langit bertabur bintang, aku merasa seperti menemukan kebahagiaan yang selama ini aku cari. Aku merasa seperti menemukan rumah.


Posting Komentar untuk "Terpikat Bujang Desa Atletis"