Sopir itu Kini BFku (6)
Bima heran kenapa Galih tidak reaktif saat dia bilang bukan boti.
Apa Galih tau apa itu boti?
Dalam perjalanan pulang, Bima mencoba menanyakan itu. Galih duduk di balik kemudi, memakai kaos lekbong abu yang memperlihatkan sedikit bulu ketiaknya yang tipis saat ia mengangkat lengan untuk mengusap kening.
“Emang lu tau boti itu apa?” tanya Bima dengan nada penasaran.
“Tau,” jawab Galih santai.
“Apa?”
“Cowok yang berperan jadi cowok, kan?”
Bima hampir tersedak. “Anjiirr, kok lu tau? Darimana?”
Galih menyeringai sebentar. “Lah kamu sendiri kok juga tau.”
Bima terdiam. Benar juga, pikirnya. Kadang, pertanyaan balik bisa jadi tamparan paling halus.
Percakapan terhenti sejenak. Mobil terus melaju melewati jalanan kota yang mulai padat. Lampu-lampu toko menyala, menyorot jalan yang ramai namun tetap lancar.
Motor-motor saling salip di antara kendaraan pribadi. Suara klakson dan musik jalanan bersahut-sahutan, menciptakan riuh yang entah kenapa terasa akrab.
Bima membuka suara lagi.
“Lu bukan boti juga kan?”
“Aku vers.”
“Ha?” Bima menoleh cepat, nyaris tidak percaya dengan yang barusan ia dengar.
Galih menoleh sebentar, menatap Bima dari balik lensa kacamatanya, lalu kembali fokus ke jalan.
“Kenapa?” tanyanya datar, seolah tak ada yang perlu dijelaskan lebih jauh.
Bima kaget, kehilangan kata. Ia cepat-cepat mengalihkan pandangan ke luar jendela. “Eh, itu tuh, lampu merah depan kayaknya mau nyala. Lu rem dong…”
Galih tertawa kecil, pelan, tapi cukup membuat suasana jadi makin canggung.
Bima meneguk ludah. Dalam hatinya: Gue yang mulai, kok gue yang panik.
Posting Komentar untuk "Sopir itu Kini BFku (6)"